Jumat, 04 November 2016

Mengenai SMA Kolese De Britto

Identitas Kolese 

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikannya, Kolese De Britto melaksanakan amanat dokumen Latihan Rohani dan Ciri-ciri Khas Pendidikan pada Lembaga Pendidikan Yesuit. Dokumen itu menegaskan identitas kolese sebagai berikut:
 
1.  Kolese De Britto Sebagai Wahana Religiositas
 
Kolese De Britto dengan tegas dan jelas mewartakan Yesus sebagai junjungan bagi siswa katolik dan sebagai model kehidupan insani serta saksi kesempurnaan bagi siswa bukan katolik. Ciri tersebut ditampakkan dalam pendidikan religiositas, pengungkapan iman dalam ibadat, doa bersama, dan pelayanan, serta dalam mendidik siswa berdoa secara pribadi dan berefleksi. Pendidikan religiositas bermutu merupakan komponen penting dalam pendidikan. Siswa belajar menghargai hal hal  duniawi secara wajar dan didorong untuk mampu menghayati dan menggarami seluruh kegiatan sekolah / dunia dalam dimensi religius. 
Kolese De Britto mengintegrasikan iman dan kebudayaan supaya guru, karyawan, dan siswanya  menghargai keberagaman dalam hidup bersama.
Kolese De Britto merupakan sarana dan wahana kerasulan untuk melayani gereja dan masyarakat dengan: 
a. Pembinaan kaderitatif diri siswa menjadi pemimpin-pengabdi yang meneladan Yesus Kristus, melalui hidup bersama dan program pelatihan kepemimpinan. 
b. Pendampingan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan terhadap gereja dan masyarakat.    
c. Pelayanan pastoral yang memadai dan  latihan rohani Santo ignatius. 
d. Kerja sama bersama kelompok-kelompok pengembangan iman gerejawi bagi siswa-siswa yang ingin mengembangkan iman secara intensif.   
 
2. Kolese De Britto Sebagai Pusat Belajar 
 
Pendidikan dilaksanakan demi siswa dan berorientasi kepada siswa. Kolese De Britto memberikan pendidikan yang relevan bagi siswa, baik untuk hidupnya sekarang maupun yang akan datang. Setiap kegiatan dipilih secara cermat sehingga jelas bermanfaat bagi siswa. 
 
Kolese De Britto menerapkan Paradigma Pedagogi Ignasian dalam mendidik siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar mandiri sehingga siswa mampu mencari dan mengolah informasi yang diperlukan dan membiasakan diri untuk proses belajar seumur hidup (ongoing formation). Melalui belajar mandiri tersebut, pengetahuan siswa diusahakan sedemikian mendalam sehingga siswa mampu menangkap implikasi sosial, budaya, moral, dan religius, serta lingkungan dan keutuhan ciptaan yang dipelajari.  Siswa diharapkan tergerak untuk bersikap dan bertindak sebagai pemimpin pengabdi sesuai dengan konteks hidupnya. Kegiatan pembelajaran kontekstual dilaksanakan berdasarkan dinamika Latihan Rohani, meliputi: konteks - pengalaman   refleksi -  aksi -  evaluasi. (Pedagogi Ignatian, no. 32 -37). Kolese De Britto mendorong pengembangan penerimaan diri pengetahuan yang realistis mengenai dunia yang terus berubah sebagai persiapan partisipasi aktif dalam hidup.       
 
3. Kolese De Britto Sebagai  Wahana  Pembinaan Kepribadian
 
Kolese De Britto mengembangkan kepribadian siswa dengan mengusahakan perangkat yang kondusif untuk membentuk pribadi siswa yang jujur, disiplin, mandiri, kreatif, dan mau bekerja keras, afektif dan imaginatif, sehat jasmani dan rohani, serta bersikap ksatria. Semua itu disertai dengan sikap pelayanan bagi sesama yang tumbuh dari kasih.  
 
Kolese De Britto memberikan "pembinaan kepribadian secara orang-perorang" (cura personalis). Bimbingan pribadi dan konsultasi  diberikan demi pertumbuhan pertumbuhan siswa integral. Kolese De Britto, melalui berbagai kegiatan sekolah, baik akademik maupun non akademik, mengajak siswa belajar berefleksi dengan maksud agar dapat membentuk nilai-nilai, hati nurani, dan sikap yang benar, serta mengubah sikap yang kurang benar dalam diri siswa sehingga memiliki skala prioritas yang tepat dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Kolese De Britto mengusahakan berbagai kegiatan agar siswa dapat berkembang dalam iman dan menjunjung tinggi keadilan dan kepedulian bagi dan bersama sesama..
 
4. Kolese De Britto Berbela Rasa Kepada Siswa yang Kurang Mampu
 

Kolese De Britto mempunyai keprihatinan mendalam terhadap kemiskinan sebagai salah satu dampak globalisasi dan secara proaktif memberikan perhatian kepada siswa yang kurang mampu, tetapi memiliki potensi intelektual yang cukup  dan bakat-bakat yang dapat berkembang secara optimal. 

sumber : www.debritto.sch.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar